[REPORT] Pecha Kucha Night Vol#2 Surabaya



Saya dan lebih dari 540 orang lainnya menjadi saksi hidup kemeriahan, kegilaan dan keseruan Pecha Kucha Night Surabaya ( PKNS ) yang mengakibatkan pecahnya rekor peserta PKN di Indonesia. Kali ini terselenggara tanggal 21 November lalu, dan digelar di Matchbox, Jln Sumatera 40.

Kedatangan kali ini agak berbeda dengan yang pertama, kalau yang pertama sebagai wakil dari PMCC ( Petra Marketing Culinary Club ), sekarang menjadi bagian dari Himapastra ( Himpunan Mahasiswa Pemasaran Petra ) tercinta. Tak kurang dari 15 orang yang pergi bersama saya, termasuk di dalamnya Lisa, Ketua Himaarta ( Himpunan Mahasiswa Arsitektur Petra ) yang datang atas undangan Ketua Himapastra.


Saya cukup bersyukur mengingat acara berlangsung dengan baik dan cuaca juga bersahabat, saya percaya Tuhan masih ingin melihat Pecha Kucha yang bertema “ I love Indonesia “ ini berjalan dan menjadi sumber inspirasi untuk saluran berkat di Indonesia. Venue kali ini khas untuk anak muda, terdiri dari indoor dan outdoor dikelilingi oleh beberapa distro. Secara visual, saya lebih prefer Pecha Kucha yang pertama, baik secara desain backdrop, maupun tempat, tapi yang kemarin pun sudah dalam hitungan bagus dan cozy.

Dari brosur yang malam itu saya terima, saya mendapat penjelasan mengenai Visi dan Misi PKNS.

Visi : “ Mendukung creative global movement ini di Indonesia, dan khususnya di Surabaya dan Jawa Timur, serta mendukung program pemerintah Indonesia yang mencanangkan tahun 2009 ini sebagai Tahun Indonesia Kreatif. “

Misi : “ Mengajak semua pihak ( dari semua bidang ) untuk turut serta menyukseskan acara ini, dan memberikan kontribusinya demi kemajuan dunia kreatif di Indonesia, dan Surabaya pada khususnya. “

Visi dan Misi yang sudah cukup jelas dan layak untuk didukung. Nah, ijinkan saya untuk memulai membahas sedikit ringkasan yang saya dapat. 9 pembicara dari latar belakang berbeda berbicara sepanjang 6 menit 40 detik sesuai dengan aturan 20x20, dan inilah yang saya dapat :

Jimmy PriatmanSeorang dosen di Tekhnik Arsitektur UK Petra yang membuat Ketua Himaarta antusias untuk datang ke PKNS. Beliau memaparkan beberapa rancangan gedung, apa yang beliau bisa dharma baktikan untuk Indonesia sesuai dengan kemampuannya, baik yang sudah jadi maupun yang belum jadi. Spesialisasi beliau adalah gedung yang hemat energi, tentunya ini sangat bermanfaat disaat Indonesia sedang mengalami penyalaan listrik bergilir. Beberapa karya beliau adalah Hotel melengkung di Jln Diponegoro, Graha Wonokoyo, Graha Pangeran, Graha Bethany, dan masih banyak lagi.

Stephen R. LomaxGeneral Manager Ciputra Golf and Hotel, seorang Amerika yang 19 tahun menetap di Indonesia dan begitu cinta akan Indonesia. Beliau menjadi pembicara atas rekomendasi pembicara PKNS#1, Jiewa. Stephen bercerita mengenai Indonesia dari sudut pandangnya. Dengan teks dan bahasa Inggris, beliau bercerita bahwa dia lebih suka makanan tradisional di warung daripada di hotel, suka kebudayaan Indonesia, suka ke pasar tradisional, suka travelling keliling Indonesia, suka orang-orang Indonesia karena mereka ramah, merasa Indonesia adalah negara yang sangat aman, dan juga merasakan Paradise di Indonesia. Kalau seorang foreigner bisa mencintai Indonesia, bagaimana dengan kita ? berkacalah untuk tahu jawabannya.....

Nicoline Patricia Malina – Seorang wanita asal Surabaya, luar biasa menarik, one of the best fashion photographer di Indonesia, belajar dan berkarir di luar negeri. Menampilkan banyak karya-karyanya, hasil-hasil fotonya yang sudah diakui di Indonesia maupun di negara-negara lain. Hasil fotonya ditampilkan di majalah setingkat Maxim. Patricia sudah banyak memfoto di banyak negara seperti Jepang, Indonesia, Belanda, Italia, dan lain-lain. Tak jarang Patricia memfoto dengan lokasi, model dan pencahayaan seadanya, tetapi di tangannya semua berubah menjadi luar biasa.  

Bing Fei – Seorang Graphic Designer, pengelola Asosiasi Desain Grafis Indonesia Surabay Chapter. Menanyakan, apa yang menjadi tolak ukur orang dikatakan cinta Indonesia ? Apakah dengan hanya memakai atribut batik, pakai kebaya, bisa dibilang cinta Indonesia ? Menurut beliau, cinta Indonesia bisa dikatakan dengan berkarya memodifikasi budaya yang sudah ada,membuat lebih modern dan disukai oleh banyak orang, tanpa meninggalkan kesan budaya yang lama. Identitasnya tetap, tetapi tidak kuno. Dengan begitu diharapkan orang-orang tetap bisa mengenal dan cinta akan budaya Indonesia. Just be yourself and you can still be part of Indonesia !!

Aryani Widagdo -  Pemilik Arva School of Fashion ( CMIIW ), agak kurang maksimal mendengarnya mengingat sedang menyantap sebuah cheese burger. Berbicara mengenai batik, an old cultural heritage. Menceritakan secara detail proses-proses untuk membuat batik. Beliau memodifikasi batik supaya lebih disenangi orang-orang. Salah satu hasil modifikasi batik adalah Batik Fractal dari Bandung, yang dibuat dengan metode matematika.

Ivan Sielegar – Pertama-tama, selamat atas kelahiran bayi laki-lakinya !! Ivan adalah founder blog navinot.com yang berisi mengenai IT dan Marketing. Sayang di kesempatan kali ini, Ivan berbicara tentang IT, bukan Marketing. Beliau memaparkan pengguna internet di Indonesia bari kira-kira 10% dari populasi orang Indonesia. Kendalanya adalah infrastruktur yang kurang, investor yang kurang, pemahaman yang kurang, dll. Padahal itu adalah suatu market untuk mengembangkan sesuatu. Ivan meluncurkan suatu program, LaunchPad, untuk mendukung Indonesian StartUp alias pemula dalam hal blogging, atau bahkan kearah online store. Tekhnisnya saya kurang paham, bisa ditunggu saat launchingnya keluar. Yang jelas, lewat talenta yang ia punya, Ivan telah berusaha untuk memajukan Indonesia.

Istiawati Kiswandono – Arsitek yang menempuh jalan yang berbeda. Menggabungkan creative thinking dan concept thinking, mengarahkannya ke culinary, sehingga jadi Food Architect. Nge-mix semuanya sehingga menjadi sebuah new product. Membuat ethnic indonesian art culinary. Beliau berpendapat Kreativitas ditularkan dari individu pelaku ke pembelajar. Dan idenya itu bisa dikomunikasikan, jadi bukan hanya asal buat saja. Tidak hanya masalah kuliner, dalam dunia Arsitek pun harus seperti itu.

Jay Subiakto -  Seorang bintang asal Jakarta, arsitek, fashion designer, penyelenggara konser, pembuat iklan, produser, dan juga berhubungan dengan teater. Melakukan banyak hal untuk Indonesia, salah satunya adalah saat beliau membuat iklan layanan masyarakat di Papua yang menggambarkan masih kurangnya kualitas pendidikan SD di papua dan Indonesia pada umumnya. Dari segala karyanya, Jay tak berhenti berkreasi dan menginspirasi orang untuk lebih cinta Indonesia.

Errol Jonathans – Direktur Operasional Radio Suara Surabaya, contoh konkrit orang yang membuktikan bisa sukses di Surabaya, tak perlu di Jakarta. Beliau menceritakan keterbatasan Indonesia untuk mengelola banyak budaya, sehingga dimanfaatkan pihak-pihak lain. Indonesia sendiri tak punya data mengenai berapa banyak etnis di Indonesia, tetapi hal itu malah dimiliki oleh pihak asing. Banyak pihak asing yang peduli pada budaya Indonesia seperti gamelan dan gesang. Padahal dari etnis, bisa menguntungkan banyak pihak, memperoleh uang, dan memperkuat citra serta budaya. Sayang rakyat dan pemerintah Indonesia belum bisa memandang ke arah sana. Berbagai pihak seperti kurikulum sekolah, media massa, marketing, promosi harus dilibatkan dan dimaksimalkan. Errol memberi pertanyaan terakhir, Masihkah kita sanggup dan becus mengurus sisa kebudayaan kita ? Apabila tidak, biarkan dan relakan bangsa lain yang mengurusnya sebelum habis dan hilang. Sebuah tamparan keras bagi bangsa Indonesia, maukah anda itu terjadi ??


Well, secara overall, PKNS kali ini bisa mendapat rating 8. Pembicara tambah beragam, campuran senior dan masih muda, semua bersemangat dan semua mau datang untuk kemajuan Indonesia. Saran untuk kedepannya, alangkah baiknya apabila di brosur yang disebar, diberi penjelasan apa itu Pecha Kucha, seperti brosur yang didapat di hari H. Itu sangat membantu para penyebar brosur. Selain itu, venue bisa lebih banyak tempat duduk di depan stage, tempat duduk di area distro jadi useless karena tertutup lautan manusia. Kami dari Himapastra berharap kedepannya ada pembicara di bidang Marketing atau Branding atau Selling. Terima kasih untuk semua pihak mulai dari dr.Adhiatma Gunawan, Freddy H Istanto, Lulu Yolanda, semua crew, semua pembicara, hingga semua pihak yang belum disebutkan yang mendukung acara ini. Terima kasih atas disebutnya Himapastra di stage, yang sedikit banyak memperkuat brand awareness kami. Terus adakan acara seperti ini, dan kami akan selalu berusaha juga memastikan Himapastra hadir dan membantu sebisa kami. Sembari menunggu 4 bulan lagi untuk next PKNS, buatlah event yang dapat membuat kita keep in touch. Thank You all, see you next event, dan semoga kerja sama kita tidak terbatas PKNS saja !!!

Thanks To : Tobias Benito for writing this report
0 Responses

    Anda Visitor Ke :

    Marketing Messenger

    Name :
    Web URL :
    Message :
    :) :( :D :p :(( :)) :x